Friday, July 31, 2020

Karyawan vs Wirausaha: Lebih Baik Bekerja atau Berbisnis?

Jumlah pengusaha di Indonesia memang masih sangat sedikit jumlahnya dibandingkan karyawan. Salah nggak sih kalau kita memilih untuk menjadi pegawai setelah lulus kuliah? Atau merintis usaha saja? Hmm, aku akan jawab pertanyaan tersebut dan memberikan opini berdasarkan pengalaman pribadiku.

Flashback sedikit, semasa sekolah dan kuliah, aku memang selalu bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha. Saat itu, aku nggak berencana untuk bekerja dengan orang setelah aku lulus kuliah nanti, aku akan merintis usahaku sendiri. Bahkan, aku sudah mengelola e-commerce sendiri saat duduk di bangku SMA 2. Aku berpikir demikian karena aku nggak menyukai aturan, aku berencana untuk membuat schedule dan cara kerja ku sendiri. Tetapi nyatanya setelah sampai di semester akhir perkuliahan, aku memutuskan untuk bekerja di salah satu bank swasta. Padahal, profitnya sudah hampir dua kali lipat melebihi gajiku sekarang. Kenapa?

Pertama, aku nggak berhenti berbisnis sepenuhnya. Aku hanya menambahkan satu pekerjaan full time ke dalam kehidupanku. Tapi perlu ku akui, fokusku memang lebih ke pekerjaan ku di kantor dibanding ke bisnisku. Karena terus terang, nggak mudah untuk mengelola dua pekerjaan besar dalam satu waktu yang bersamaan. Aku memutuskan untuk menjadi seorang pegawai karena aku perlu mempelajari proses bisnis sesungguhnya yang berjalan di sebuah perusahaan besar, belajar dari orang yang sudah lebih ahli di bidangnya, networking, dan juga persiapan "modal" untuk masa depan. Usiaku saat ini masih 23 tahun, lowongan pekerjaan masih terbuka lebar untuk orang-orang seusiaku. Kalau kalian lihat detail kualifikasi beberapa lowongan pekerjaan, rata-rata memiliki requirement orang-orang yang sudah memiliki pengalaman kerja selama sekian tahun ataupun maksimal usia. Bahkan aku sering menemukan lowongan pekerjaan yang batas usia maksimal pelamar adalah 24 tahun untuk lulusan S1 dan 26 tahun untuk lulusan S2. Artinya apa? Aku sedang memanfaatkan peluang.

Kedua, bisnisku stuck di pendapatan angka terakhir. Nggak naik dan nggak turun drastis juga. Dulu, aku mendongkrak sales dengan teknik promosi berbayar. Tetapi karena aku perlu membiayai kuliahku sendiri sampai lulus dan wisuda, maka aku menggunakan tabunganku.

Ketiga, aku ingin mengimplementasikan apa yang sudah kupelajari mengenai Sistem Informasi ke sebuah perusahaan. Aku ingin berkontribusi di dalamnya.

Keempat, dengan berat hati aku harus merelakan Instagram Business Account ku dan kalaupun lanjut berbisnis online, aku harus merintisnya dari awal lagi. Akunnya terdisabled entah mengapa dan aku nggak bisa mengaktifkannya lagi. Ini jadi salah satu pelajaran untukku kalau kita harus memiliki "rumah" sendiri dalam berbisnis. Kalau ibaratnya numpang di platform orang, lalu kemudian mereka menutupnya, kita bisa apa?

Apa hubungannya dengan masa depan?
Lihat, di masa pandemi covid-19 ini, dunia sedang dilanda krisis ekonomi, nggak hanya di Indonesia, tetapi global. Banyak bisnis yang gulung tikar alias bangkrut. Terjadi efisiensi dan pemotongan karyawan besar-besaran. Mungkin bagi mereka yang berbisnis lalu kemudian bangkrut, nggak mudah rasanya jika merintis usaha lain di saat kondisi seperti ini, apalagi jika merintis sesuatu yang baru dari nol lagi. Seandainya jika dia punya pengalaman kerja, prestasi, dan keahlian yang mumpuni mungkin bisa melamar pekerjaan. Tetapi bagaimana jika sudah nggak punya pengalaman kerja, hanya punya pengalaman usaha yang kemudian harus tutup, nggak punya pengalaman organisasi atau magang, belum ada pencapaian, dan ditambah usia yang sudah nggak lagi muda? Apalagi di kondisi saat ini yang dimana banyak sekali perusahaan yang mengefisiensikan jumlah karyawannya, pasti yang terpilih hanyalah mereka yang benar-benar memiliki kualitas. Sudah mampukah untuk bersaing?

Pengalaman kerja adalah salah satu bekal untukku di masa depan. Aku nggak tau apa yang akan terjadi nanti, tetapi yang jelas sekarang aku memanfaatkan kesempatan untuk berkarir selagi muda. Aku akan belajar dari para leaderku di kantor untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang bijak dan cerdas.

Aku bukan bermaksud untuk menakut-nakuti atau ingin ada di zona nyaman karyawan, tetapi aku sedang mempersiapkan masa depanku. Aku akan mengutip beberapa nasihat Jack Ma.
"Ketika kamu berusia 20-30 tahun, kamu harus bekerja dan memiliki petinggi yang baik. Kamu juga harus bergabung di perusahaan yang bagus untuk belajar."
"Sebelum usia 20 tahun, jadilah murid yang baik. Kalau mau berbisnis, pelajari pengalamannya. Sebelum usia 30 tahun, ikutilah seseorang, bekerjalah di perusahaan kecil. Meskipun umumnya di perusahaan besar sangatlah baik untuk belajar proses pengerjaan. Namun, jika Anda ada di perusahaan kecil, belajarlah tentang semangat dan impian. 
Sebenarnya, ketika Anda menginjak usia di bawah 30 tahun, tidak masalah di mana perusahaan Anda bekerja, tetapi yang jadi masalah adalah siapa bos Anda, siapa yang memimpin Anda, karena bos yang baik akan mengajari Anda dengan baik."
Tapi kan banyak orang yang sukses di usia dua puluhan, seperti Mark Zuckerberg.
Orang sukses itu selangkah lebih maju dibanding orang lain. Peluang dan realitanya lebih banyak mana antara orang yang sukses di usia dua puluhan atau orang yang gagal di usia dua puluhan karena nggak punya bekal dan prestasi?
Satu hal yang pasti, aku bukan Mark Zuckerberg, kamu bukan Mark Zuckerberg. Ini sama kayak statement "Ada kok orang nggak lulus SD tapi tetap sukses. Mark Zuckerberg saja drop out, saya drop out juga saja biar sukses."
Nggak gitu kan, guys?

Tapi kalau sudah terjun ke dunia kerja, pasti jadi terbiasa ada di zona nyaman dan takut untuk resign buat memulai usaha kan?
Tergantung apa tujuanmu bekerja. Kalau hanya sekedar rutinitas dan mendapatkan gaji semata, jelas akan takut. Tetapi beda halnya jika sudah memiliki keahlian. Bukan tentang apa pengalaman kebanyakan orang, tetapi tentang komitmen dan tujuan hidupmu. Ingin menjadi seorang pegawai sampai pensiun atau berwirausaha?
Sama halnya dengan kebanyakan orang yang nggak ingin lanjut S2 setelah bekerja saat lulus S1, tetapi jika punya motivasi dan tujuan yang jelas kenapa harus melanjutkan S2, pengalaman orang lain jadi nggak guna dan nggak akan mempengaruhi tujuan kita. Tetap bisa-bisa saja melanjutkan S2 walau sudah bekerja.

Kenapa sih banyak orang berlomba-lomba untuk jadi pegawai? Kenapa nggak pada berlomba-lomba untuk jadi pengusaha aja?
Well, nggak semua orang punya mental pengusaha. Apalagi orang yang selalu dididik untuk memiliki jiwa seorang pegawai, baik di lingkungan keluarga ataupun di bangku sekolah. Ada orang yang sukses menjadi pegawai, tetapi gagal ketika menjadi pengusaha. Kalau menurutmu pelajaran ekonomi itu seru dan pelajaran matematika itu membosankan, ada orang lain yang merasa bahwa pelajaran ekonomilah yang membosankan, karena dia ahli di bidang matematika, bukan ekonomi. Pada kenyataannya, nggak sedikit orang yang jatuh bangkrut karena memaksakan diri untuk menjadi pengusaha walaupun nggak punya skill tersebut. Menjadi seorang pengusaha itu nggak bisa hanya bermodalkan kerja keras dan keuletan saja, tapi perlu dibekali dengan mindset dan skill entrepreneurship juga kalau nggak mau bangkrut. Nggak bisa ditempuh hanya dalam waktu semalam. Nggak sedikit kan bisnis konglomerat yang akhirnya harus bangkrut ketika diteruskan turun temurun atau ke generasi berikutnya?

Kalau baru lulus kuliah dan nggak keterima seleksi rekrutmen pekerjaan, mulai usaha sendiri aja.
Coba tebak, apa yang aneh dari statement tersebut?
Awalnya aku juga berpikir begitu, memulai bisnis bisa kok tanpa modal selama ada niat. Ya memang bisa, tetapi untuk menjadi sukses dan berhasil itu butuh lebih dari sekedar niat. Katakanlah aku sangat berniat memasak nasi goreng, tetapi aku perlu memiliki bahan-bahan dan kemampuan yang baik dalam mengolah bahan-bahan tersebut sehingga bisa menghasilkan nasi goreng yang enak. Karena aku sudah pernah menjalani bisnis online sejak SMA dulu, aku tahu bagaimana perjuangan berdarah-darah merintisnya. Jujur, nggak semudah membalikkan telapak tangan. Aku harus menghabiskan jatah gagalku dan trial error berkali-kali. Nggak makan seharian. Nggak tidur seharian. Rugi jutaan rupiah. Diteror customer. Terpaksa nggak masuk sekolah. Dituduh penipu. Dan masih banyak lainnya.

Aku nggak bermaksud menakut-nakuti untuk berbisnis, tetapi kalian perlu mempersiapkan segala sesuatunya. Boleh memulai, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan skill berbisnis setiap hari dan mental yang kuat, nggak gampang penyok kayak kaleng kerupuk. Karena berbisnis itu nggak cocok untuk orang yang sedikit-sedikit nangis, gagal sedikit nangis, rugi sedikit nangis, diblock orang nangis, dan lain sebagainya. Pebisnis itu berbeda dengan pedagang. Kalau pedagang yang penting jualan laku dan laris manis, tetapi kalau pebisnis lebih dari sekedar kejar target penjualan. Seorang pebisnis selalu memiliki perencanaan dan strategi bisnis ke depan, selalu berinovasi dan menuangkan ide bisnis untuk direalisasikan. Seorang pedagang mungkin hanya berpikir bagaimana cara melariskan jualan hari ini, tetapi seorang pebisnis berpikir mengenai strategi bagaimana cara menjadikan suatu produk tetap menarik di mata konsumen selama 10 tahun mendatang. Selalu berinovasi, berpikir bukan hanya hari ini, dan selalu berpikir ke depan.

Sebesar apapun perusahaan tempatmu bekerja, kamu tetap seorang pegawai. Sekecil apapun bisnismu, kamulah bosnya.
Ya, nggak salah sih memang. Tetapi pertanyaannya, apakah orang tersebut sudah layak menjadi seorang bos atau leader? Tolong jangan memandang posisi seorang leader ini sebelah mata, memimpin sebuah team itu nggak semudah membalikkan telapak tangan.
Seorang leader itu memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar, menciptakan sebuah perubahan dan inovasi, memiliki skill leadership, dan keahlian-keahlian lainnya. Kalau kamu belum bisa menjadi seorang leader yang baik, belajarlah dulu dari seorang pemimpin yang lebih berpengalaman untuk menciptakan team yang berkualitas, belajar darinya. Karena kalau enggak, itu akan berdampak ke team mu dan menjadi boomerang sendiri bagi masa depan bisnismu.

Aku sendiri belajar banyak soal kepemimpinan selama aku menjadi karyawan di kantorku yang sekarang ini. Kok bisa? Kan padahal bukan aku yang memimpin.
Well, aku memperhatikan supervisor dan managerku, bagaimana cara mereka memimpin team kami. Ditambah, aku beberapa kali diassign untuk mensupport dan memberi arahan seputar project ke karyawan baru di unit kerjaku. Sebagai seorang team member, aku merasakan bagaimana rasanya dipimpin oleh manager A dan bagaimana jika dipimpin oleh manager B. Sampai pada akhirnya aku belajar bagaimana rasanya menjadi seorang team member dan seperti apa seorang member ingin diperlakukan oleh leadernya. Aku tahu karena aku pernah ada di posisi seorang member, yang mungkin aku nggak akan pernah mengetahui hal ini kalau aku nggak pernah menjadi seorang bawahan.

Aku termotivasi dengan salah satu managerku, aku senang dengan caranya memimpin kami. Kini aku tahu, betapa pentingnya sebuah apresiasi, sekecil apapun itu. Kita akan disebut sebagai pemimpin yang berhasil kalau team kita berhasil. Aku akan cerita sedikit mengenai ini, mungkin akan sedikit panjang.

Kalau kalian tahu budaya perusahaan corporate, pasti sudah nggak asing dengan tingkatan dan hierarki. Yaps, masih terdapat banyak lapisan yang membuatku sulit untuk berelasi dengan manager dan petinggi-petinggi perusahaan lainnya. Lebih diwajibkan untuk mengupdate apapun ke direct supervisor. Mungkin jarang mendapatkan apresiasi setiap ada kemajuan, tetapi kesalahan-kesalahan baik itu besar dan kecil selalu diperhitungkan, sangat.

Aku pernah ada di posisi jenuh bekerja disana. Datang ke kantor saja sudah seperti beban sehari-hari bagiku. Nggak punya motivasi kenapa aku harus bekerja dan mencapai sesuatu disana. Bahkan, aku sempat melamar pekerjaan ke perusahaan lain dan berencana untuk melanjutkan bekerja selama 6 bulan saja, lalu pindah ke perusahaan baru. Beberapa kali aku bertanya ke orang-orang yang sudah lebih berpengalaman "Sebenarnya kapan dan dalam kondisi apa yang tepat untuk kita memutuskan resign?" Dan finally, ternyata kini malah aku yang menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan perspektif dan pengalamanku sendiri 😂
Kalau mau tahu jawabannya, kalian bisa akses ke artikel ini 7 Etika Dasar Profesional Dalam Bekerja. Ada di poin nomor tujuh.

Aku bekerja seadanya, bahkan dari yang sebelumnya aku berusaha untuk totalitas dan maksimal dalam mengerjakan project sampai malam, akhirnya aku menjadi hitung-hitungan. Kalau lembur sedikit nggak dibayar, aku nggak akan mau kerja lebih dari 8 jam. Aku selalu tutup laptop setiap jam kerja sudah berakhir. Aku akan mendeliver sebuah project yang penting nggak melebihi deadline, persetan dengan deliver lebih cepat, nggak peduli lagi. Aku berpikir lebih baik sisa waktu yang kupunya aku alokasikan untuk kegiatan lain seperti course dan training. Toh ini bisa menjadi bekal bagiku jika melamar pekerjaan lain. Sekian lama aku bekerja hanya karena tuntutan pekerjaan dan rutinitas.

Sampai akhirnya, aku menemukan sesuatu yang berbeda dengan salah satu managerku ini. Setiap kali project mau release, dia selalu ingin discuss dengan kami a.k.a staf biasa sepertiku mengenai project itu, dia mau mendengarkan kami. Dia juga bertanya mengenai sesuatu hal yang mungkin awalnya tak terpikirkan olehku, yang dimana hal itu bisa menjadi pembelajaran bagiku di next project. Saat awal-awal discuss, aku kurang memahami salah satu project karena sangat kompleks cakupannya, apalagi aku nggak handle project ini dari awal. Karena kondisi jenuh bekerja, aku juga enggan untuk mempelajari lebih lanjut. Alhasil, aku nggak bisa menjawab beberapa pertanyaannya. Untuk first impression, mungkin mengecewakan. Tetapi alih-alih mencaci maki, dia justru memberikan saran dan instruksi apa yang seharusnya aku lakukan ke depannya, apa yang perlu kuperbaiki agar menjadi lebih baik.

Beberapa kali kami discuss seputar project itu, dan karena aku tahu pasti akan ditanyakan beberapa pertanyaan seperti yang sebelum-sebelumnya, maka mau nggak mau aku harus prepare. Sampai akhirnya aku mendapatkan info kalau dia mengapresiasi hasil kerjaku. "Dari yang awalnya dia nggak paham soal project X ini, sekarang akhirnya dia bisa menjawab pertanyaan saya dan menjelaskannya ke saya. Ini sebuah awal perkembangan yang baik."

Mungkin terdengar sepele, tetapi sebuah support, saran, arahan, dan apresiasi itu sangat penting bagi team member ketimbang selalu menyalahkan dan memaki-maki, sekecil apapun itu. Semangat kerjaku kembali. Nggak terasa, kini aku sudah satu tahun bekerja. Bukan manja ingin disanjung, tetapi hal itu justru akan membuat para karyawan merasa hasil kerja kerasnya dihargai dan ternyata nggak sia-sia lho. Di release berikutnya, aku mempelajari tentang project tersebut lebih mendetail, sampai bertanya ke satu per satu user dan menelepon mereka. Aku akan mengusahakan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Walaupun semisal harus lembur nggak dibayar, aku nggak keberatan melakukannya. Karena aku enjoy dengan apa yang kulakukan. Demikianlah bukan lagi sebuah beban. Karena melalui apresiasi itu, aku jadi tahu kalau ternyata apa yang kulakukan masih memiliki peran dan kontribusi yang baik. Beda halnya jika selalu dimarahi dan disalah-salahkan, mungkin jadi merasa semuanya sia-sia dan percuma.

Itu salah satu contoh bagaimana sudut pandang seorang team member ingin diperlakukan. Alih-alih menyalahkan, tetapi justru memimpin, berjalan, dan berprogress bersama. Aku nggak akan pernah tahu impact dari apresiasi kecil macam ini ternyata berperan besar kalau nggak pernah menjadi seorang member.

Apakah kamu ke depannya tetap memutuskan untuk bekerja atau berbisnis?
Cita-citaku sejak dulu belum sirna sampai sekarang. Yaps, menjadi seorang entrepreneur. Dengan aku bekerja, bukan berarti aku lupa atau menjadi nggak berkeinginan lagi menjadi pengusaha. Aku sedang mempersiapkannya dan aku memiliki cara sendiri untuk mewujudkannya.

Bekerja atau berbisnis, keduanya adalah keputusan yang baik dan memiliki kelebihan serta kelemahan masing-masing. Kalau kamu sudah siap untuk menjadi seorang pengusaha, maka lakukanlah dan jangan menundanya. Seorang pengusaha adalah seseorang yang selangkah lebih maju ketimbang orang biasa. Tetapi kalau perlu mencapai sesuatu di level karyawan atau ingin menjadi pemimpin di sebuah perusahaan besar, nggak ada salahnya kok. Terlepas dimanapun dan di posisi apa kita bekerja, ciptakan dan berikan kontribusi sebaik mungkin.

Well, ini adalah artikelku yang membutuhkan waktu terlama untuk menuliskannya. Ini sudah hari kedua draft. Baiklah, sekian dulu. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca :)

Sunday, June 21, 2020

Keahlian yang Diperlukan Untuk Memulai Bisnis E-Commerce

Salah satu hal terpenting dalam bisnis itu bukan hanya modal berupa materi, tetapi modal berupa mindset. Sebanyak apapun uang yang kita punya, kalau tidak didukung dengan mindset yang baik, pasti akan sulit untuk sukses. Tetapi seminim apapun modal uang yang kita punya, selama mindset kita bagus, peluang keberhasilanpun menjadi lebih besar.
Keterbatasan modal nggak menghalangimu untuk mencapai kesuksesan. Jadi, stop bilang mau sukses tapi ngeluh nggak punya uang untuk modal ya. Nah, yuk kita simak hal-hal berikut untuk mencapai kesuksesan dalam bisnismu!

1. Pastikan kamu sudah memiliki mindset yang baik
Semua kesuksesan itu bermula dari pola pikir yang baik dan memiliki mental yang nggak gampang menyerah. Jadi, jangan memupuk mental tempe yang belum mulai apa-apa tapi sudah takut gagal duluan ya. Seperti halnya baru rugi sedikit tapi sudah kapok dan berhenti, seakan-akan jadi trauma yang mendalam. Satu hal yang perlu kamu ketahui, mereka yg sukses itu sudah mengalami kegagalan berkali-kali bahkan rugi sampai puluhan bahkan ratusan juta. Tetapi mereka bisa sukses karena tetap belajar dan bangkit dari kegagalan untuk mencapai target.

Coba deh, jangan memupuk mental jadi serupa dengan kaleng kerupuk yang kesenggol dikit penyok. Because you are a fighter!

2. Take action dalam bisnis dan jangan kebanyakan mikir
Nah, ini jadi salah satu masalah untuk sebagian orang yang baru memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis. Ingin menjadi pengusaha sukses, tapi masih bingung mau berbisnis apa dan mulai darimana. Nggak perlu galau lama-lama untuk ini ya, guys. Langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah tentukan target marketmu siapa, misalnya perempuan yang berusia 18-24 tahun dan memiliki hobi memasak di daerah Jakarta. Nah, kemudian kamu bisa menentukan produk apa yang cocok kamu jual dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kamu juga boleh riset produk, tapi tetapkan batas waktunya ya, jangan sampai terlalu lama yang ujung-ujungnya jadi nggak action-action karena banyak pertimbangan. Kalo udah nemu yg tepat langsung aja mulai. Jangan jadi toko serba ada alias menjual semua produk, seperti pakaian, makanan, gadget, beras, aksesoris, dan lain-lain jadi satu, karena ini nggak efektif. Kamu malah membuat customer gagal fokus nantinya. Fokus saja ke satu produk yang relevan dengan target market.
Intinya, produk apapun bagus selama kita tekun dan konsisten. Jadi, nggak perlu dipikirin berlarut-larut mau berbisnis apa, karena ini seharusnya kamu lebih banyak menggunakan waktu untuk berpikir bagaimana caranya supaya bisnismu berkembang, bukannya malah menghabiskan waktu untuk menerawang-nerawang produk ini laku atau nggak di pasaran.

3. Promosikan produk secara organik di media elektronik
Metode organik disini seperti mempromosikan produk melalui marketplace, sosial media, blog, media periklanan, dan lain-lain yang umumnya gratis. Kamu bisa mengajak kerja sama e-commerce lain untuk saling mempromosikan produk satu sama lain. Selain itu, kamu juga bisa mempelajari teknik marketing dari kompetitormu. Ingat, dipelajari ya, bukan copy-paste. Kamu bisa mempromosikan produkmu secara hard selling ataupun soft selling sesuai dengan kebutuhanmu.

4. Melakukan promosi produk dengan metode berbayar
Kalau sudah berhasil menjalani bisnis dengan metode organik, sudah dapat profit lumayan dan mau mengembangkan bisnis lebih dalam, kamu bisa naik level ke metode promosi yang berbayar. Kamu bisa mencoba promosi melalui social media atau marketplace advertising, paid promote, endorsement, SEO, dan media promosi berbayar lainnya. Tapi ingat, untuk berhasil dalam teknik ini, kamu benar-benar membutuhkan skill marketing dan analisis data yang baik, karena kamu akan selalu berhubungan dengan data untuk analisis strategi berikutnya. Kalau gagal atau rugi, jangan down ya, tapi carilah solusi bagaimana cara supaya bisa mencapai target. Jangan mengeluh, selalu belajar dari kegagalan. Karena semua entrepreneur nggak ada yang sukses tanpa merasakan kegagalan. Jadi, itu adalah hal yang sangat wajar.

5. Jangan malas bergaul dengan para pebisnis lainnya
Banyak-banyaklah belajar dari mereka yang sudah sukses duluan. Pelajari bisnisnya, cara berpikirnya, sikapnya, dan cara dia menanggapi sesuatu. Bahkan sebenarnya mereka itu nggak pelit ilmu, lho. Sebagian besar orang-orang yang sudah sukses selalu suka sharing. Kamu bisa menjumpai mereka di dalam komunitas bisnis ataupun melalui seminar dan workshop tentang bisnis. Calon pengusaha sukses itu nggak ngumpet di rumah saja, lho.

6. Teknik closing yang wajib kamu miliki
Nah, setelah kamu mendapatkan calon pembeli dari hasil promosimu, apa langkah selanjutnya yang harus kamu kuasai?
Yaps, teknik closing. Disini, kamu perlu menjadi seorang influencer, membuat seseorang yang tadinya setengah-setengah tertarik dengan produk kita atau cuma mau nanya-nanya saja, tapi akhirnya berujung dengan jadi membeli. Jangan pernah membiarkan percakapan putus sampai di kamu ya, selalu tanyakan tentang kebutuhan dan keinginan customer. Pahami masalah mereka, apa yang mereka butuhkan, lalu kaitkan solusi dengan produk yang kamu tawarkan. Kalaupun mereka nggak jadi membeli sekarang, nggak apa-apa. Mungkin sekarang dia bukan jodohmu, tetapi siapa tahu dia akan membeli produkmu di bulan depan, kan?

7. Pertahankan customer yang loyal
Setelah kamu berhasil menjual produkmu ke satu orang, tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan kembali membeli produk kamu. Pertahankan kualitas produk dan jalin relasi yang baik dengan dia. Selalu berinovasi dan kembangkan ide-ide baru tentang produk, lalu kemudian tawarkan lagi padanya di lain waktu. Teruslah menyediakan suatu produk yang dibutuhkan oleh banyak orang, bukan hanya sekedar produk yang kamu sukai.

Kalau kamu mau punya bisnis yang sehat, 6 keahlian ini sudah otomatis wajib untuk kamu miliki. Selalu bertanggung jawab, sabar, jujur, dan konsisten ya. Pada akhirnya, bisnis ikut berperan dalam mendewasakan kita. Semoga bermanfaat!

6 Rekomendasi Buku Self Improvement

Seperti yang kita ketahui, kebiasaan dalam memilih buku-buku yang akan kita baca itu sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter, lho. Maka dari itu, pedoman dan bacaan yang berkualitas akan membentuk karakter yang berkualitas juga. Yuk, gunakan waktu luangmu selama di rumah agar menjadi lebih produktif dengan membaca buku-buku self improvement berikut:

1. The 7 Habits of Highly Effective People
Buku ini ditulis oleh Stephen Covey yang setiap bab didedikasikan kepada satu kebiasaan, dengan total tujuh kebiasaan yang efektif pada seluruh bab. Tujuh kebiasaan yang efektif tersebut adalah dengan menjadi orang yang proaktif, merujuk pada tujuan akhir, menentukan yang utama atau skala prioritas, berpikir win-win solutions, berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru memahami, prinsip kerja sama kreatif, dan ‘asahlah gergaji’ (principles of balanced self-reward). Dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang baik akan menciptakan karakter yang baik juga.

2. How To Win Friends & Influence People
Buku ini ditulis oleh Dale Carnegie yang menjelaskan tentang 6 cara untuk membuat orang menyukai kita, 12 cara untuk membuat orang menerima pemikiran kita, dan 9 cara untuk membawa pengaruh dan perubahan bagi setiap orang. Ini sangat cocok untuk kamu yang ingin memperluas pergaulan ataupun ingin berkarier sebagai influencer, lho.

3. Think & Grow Rich
Buku ini ditulis oleh Napoleon Hill yang secara garis besar bertujuan untuk menanamkan mindset, kesadaran, dan keyakinan yang kuat untuk memiliki perilaku dan cara berpikir seperti orang sukses. Sebelum kita dapat mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar, kita perlu menarik pikiran kita dengan keinginan dan rencana yang kuat untuk meraihnya. Buku ini berfokus dalam mengasah pola pikir yang kuat (master mind) dalam meraih kesuksesan.

4. Grit: The Power of Passion and Perseverance
Apakah kamu pernah bertanya-tanya kenapa orang yang punya bakat alami malah sering gagal mencapai potensi mereka sementara orang lain yang nggak terlalu berbakat bisa menggapai hal-hal yang menakjubkan? Buku ini ditulis oleh seorang psikolog perintis, Angela Duckworth, yang akan menunjukkan bahwa pencapaian yang luar biasa bukanlah didapat hanya karena bakat semata, tetapi perpaduan istimewa antara passion dan kegigihan. Yuk, cari tahu rahasianya!

5. The Magic of Thinking Big
Ini juga salah satu buku yang menuliskan tentang dahsyatnya cara berpikir kita agar dapat menjadi orang yang luar biasa. Kamu adalah buah dari pola pikir kamu. Buku ini ditulis oleh David Schwartz, yang akan menjawab semua kegalauanmu sekaligus mematahkan pendapat orang-orang yang pesimis seperti “Nggak ada lagi peluang untuk memimpin karena sudah terlalu banyak pemimpin di luar sana” atau “Apa yang terjadi, terjadilah. Kita cuma mengikuti arus dan menerima takdir” atau “Kesuksesan itu nggak sepadan dengan harga yang harus kamu bayar, sangat sulit” dan lain-lain. Semua itu nggak benar lho ya, kamu bisa menemukan jawabannya lebih lanjut melalui buku ini.

6. Second Chance
Buku ini ditulis oleh Robert Kiyosaki yang berfokus pada keputusan cerdas yang kita ambil dalam mengelola finansial. Untuk kamu yang ingin belajar mengelola finansial dan memahami lebih dalam apa itu aset dan liabilitas, boleh banget baca buku ini. Kalau kamu pernah gagal atau mengalami kebangkrutan di masa lalu, maka akan selalu ada kesempatan kedua untuk kamu memperbaikinya agar bisa menjadi seorang pemenang yang memiliki kendali atas masa depan dengan pengelolaan finansial yang baik. Jangan menyerah ya!

Nah, itulah rekomendasi buku-buku yang bisa kamu baca di sela-sela waktu luangmu agar dapat menjadi lebih produktif. Semoga bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat melalui bacaan yang bermanfaat. Selamat membaca!


Tuesday, June 16, 2020

Gagal Interview Kerja Berkali-Kali? Jangan Menyerah! Simak 10 Tips Berikut

Banyak yang mengatakan kalau fresh graduate susah mendapatkan pekerjaan, peluangnya kecil, dan saingannya banyak. Sekalinya dapat tawaran kerja, gajinya rendah banget, bahkan di bawah UMR. Ada juga yang sudah lulus lama, tapi masih tak kunjung mendapat pekerjaan, padahal sudah menyebar CV ratusan kali dalam sehari. Seperti yang kalian tahu, kalau salah satu penyebab gagal diterima di suatu perusahaan itu karena kita nggak memenuhi kualifikasi perusahaan, apalagi nggak meyakinkan saat proses interview.

Nah, apa saja sih yang perlu teman-teman siapkan sebelum proses interview? Yuk, simak tips berikut.

1. Pastikan kamu sudah latihan tanya jawab seputar interview 
Selalu siapkan diri dengan mantap dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan interviewer. Salah satunya dengan mencari tahu pertanyaan-pertanyaan apa saja yang kira-kira akan ditanyakan. Setelah itu, latihan tanya jawab di rumah, nggak masalah kok jika kamu tanya jawab sendiri di depan cermin atau merekam prosesnya. Hal ini akan membuat kamu lebih rileks dan percaya diri ketika sudah menghadapi interview yang sesungguhnya. Siapkan jawaban terbaikmu, kalau perlu siapkan juga versi Inggrisnya. Tetaplah menjawab pertanyaan yang relavan dan jadilah diri sendiri, tanpa dilebih-lebihkan atau berbohong, ya. Jadilah versi terbaik dari dirimu, guys.

2. Usahakan jangan datang terlambat 
Disarankan untuk datang 15 menit sebelum jadwal interview  dimulai. Lebih baik jangan terlalu pagi atau kesiangan. Kalau terlalu pagi, apalagi sampai 1-2 jam sebelum jadwal interview dimulai, nggak menutup kemungkinan akan menimbulkan kesan seperti pengangguran yang nggak punya kesibukan lain. Kita punya waktu 1-2 jam tapi malah dipakai untuk bengong-bengong menunggu jadwal interview. Nah, ini kesannya seperti nggak menghargai waktu yang ada. Tetapi jangan sampai kesiangan juga ya, nanti kamu malah dianggap nggak bisa on time dan menimbulkan kesan buruk. Sebagai tambahan, kalau punya blazer, lebih baik dipakai. Lebih baik kelebihan daripada kekurangan.

3. Tunjukkan skill yang kita miliki kepada interviewer
Ketika diinterview, jangan ragu untuk mengatakan semua skill yang kita punya, beri tahu apa saja yang sudah kita capai dan prestasi apa saja yang kita miliki di bidang tersebut. Disini kita sedang menjual kualitas diri kita. Akan tetapi perlu diingat, katakan skill yang relevan dengan bidang pekerjaan yang kita lamar, ya. Karena nggak lucu kan, jika kita melamar pekerjaan di bidang marketing, tetapi kita malah menceritakan pengalaman kita saat menjadi juara lomba menyanyi di saat TK dulu.

4. Jawaban atas menjawab pertanyaan "Jelaskan tentang diri kamu"
Nah, salah satu pertanyaan ini juga penting banget untuk dimaksimalkan, lho. Kedengarannya mungkin sepele, tetapi dari sinilah interviewer dapat mengetahui kamu adalah orang yang seperti apa, sesuai atau tidak dengan posisi yang kamu lamar. Oleh karena itu, cukup ceritakan keahlian yang kamu miliki, pengalaman kerja atau magang yang sesuai dengan bidang tersebut, dan prestasi apa saja yang sudah pernah kamu raih. Jangan malah menceritakan kisah kehidupan pribadi dari masa kecil sampai sekarang, ya, karena interviewer sama sekali nggak tertarik dan nggak mau tahu-menahu mengenai curhatan suka duka hidup kita. 

5. Kuasai tugas akhir alias skripsimu sendiri
Kenapa satu hal ini penting? Well, kalau kamu sekarang masih kuliah, mungkin banyak yang menganggap ini nggak penting, yang penting asal lulus saja sudah bagus. Tetapi berdasarkan pengalamanku, skripsi ini cukup sering ditanyakan oleh interviewer, lho. Khususnya bagi kamu yang menyandang status fresh graduate. Nah, kalau mau maksimal dalam menjelaskan skripsimu, kamu perlu menguasai sampai ke seluk beluknya kan? Jangan sampai malah nggak bisa menjelaskan tentang topik skripsimu sendiri, ya.

6. Perhatikan etika dan bahasa tubuh yang baik
Bersikaplah formal tetapi tidak kaku. Berikan senyuman dan jangan pasif-pasif banget. Selalu memulai percakapan dengan berjabat tangan dan perkenalkan diri, kemudian duduk setelah dipersilakan untuk duduk. Ciptakan suasana interview yang rileks dan jadilah kandidat yang proaktif. 

7. Tujuan bekerja yang jelas dan kompatibel dengan perusahaan
Apa yang akan kamu jawab ketika interviewer menanyakan hal ini?
"Apa sih yang membuat kamu memutuskan untuk bekerja disini? Apakah supaya dapat gaji atau apa? Kenapa nggak menjadi wirausaha saja seperti keluargamu?"
Biasakan untuk mencari tahu latar belakang perusahaan yang hendak kamu tuju, ya. Jelaskan tentang alasanmu mengapa kamu memilih perusahaan tersebut dan kenapa bukan perusahaan lain yang serupa. Kemudian, jelaskan tentang passion dan skill kita yang relevan, lalu kontribusi seperti apa yang akan kita terapkan di perusahaan tersebut nantinya. Pastikan bahwa kamu menjelaskan rencana kontribusi yang baik dan optimal yang memang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut, ya. Mencari pengalaman kerja itu mungkin memang menjadi tujuanmu, tetapi bukan berarti semuanya harus disampaikan secara terang-terangan, kan? Jika sampai tetap diminta untuk memilih bekerja karena pengalaman atau uang, kamu bisa menjawab kalau kamu memang memerlukan kedua hal tersebut, yang dimana keduanya akan otomatis kamu peroleh setelah bekerja.
"Saya kira perusahaan ini menyediakan kedua hal tersebut. Tetapi kalau memang ternyata disini tidak menyediakan keduanya atau hanya dapat salah satunya saja, saya rasa akan lebih baik kalau saya mendapatkan kedua hal tersebut di perusahaan lain."

8. Tetaplah percaya diri dan jangan ragu dalam menjawab
Katakan bahwa kita suka belajar. Beri tahu hal-hal apa saja yang sudah kita pelajari dan bagaimana hasilnya, lalu kemudian apa yang sedang fokus kita pelajari saat ini. Umumnya, interviewer itu sangat tertarik dengan orang yang suka belajar. Kenapa?
Return on investmentnya tinggi. Apalagi kalau kita fresh graduate, kita dibayar setara gaji pemula yang berarti belum memiliki pengalaman sama sekali, tetapi impact untuk perusahaan jadi lebih tinggi karena karyawannya suka belajar. Nggak perlu susah payah ditraining sampai urat putus, karena kita selalu senang mencari pengetahuan, improvisasi diri, dan punya potensi yang baik bagi perusahaan ke depannya. Costnya murah, returnnya tinggi.
Hindari menjawab "nggak tahu." Ketika ditanya apakah ada pertanyaan, hindari jawaban "nggak ada." Pikirkan jawaban dan pertanyaan yang terbaik, lalu tunjukkan sikap antusias terhadap interviewer.

9. Berikan jawaban yang relevan dan gunakan bahasa yang profesional
Selalu gunakan bahasa yang profesional juga nggak kalah pentingnya, lho. Contohnya, kalau kamu memiliki pengalaman berjualan online atau memiliki toko online, jangan katakan "Saya pernah memiliki pengalaman di bidang sales, karena saya memiliki online shop yang saya rintis sendiri dari nol." Tetapi akan lebih baik jika kamu mengubah kata online shop tersebut menjadi pengalaman "mengelola e-commerce sendiri."
Kemudian, tidak semua pertanyaan interviewer wajib kamu jawab, lho. Terkadang, ada beberapa interviewer yang menanyakan hal-hal yang nggak relevan dan nggak ada kaitannya dengan pekerjaan yang kamu lamar. Contohnya, "Agama kamu apa?" atau "Kamu berstatus single atau sudah menikah?" atau "Kamu sudah punya pacar belum?"
Nah, kalau kamu ditanyakan hal-hal semacam ini, kamu nggak harus dan nggak punya kewajiban untuk menjawab kok, karena semua itu adalah privasimu. Sampaikan bahwa kamu keberatan menjawab karena itu adalah privasi dan sama sekali nggak berkaitan dengan pekerjaan yang sedang kamu lamar.

10. Jangan down kalau ditolak perusahaan yang kamu incar
Ditolak perusahaan itu adalah hal yang sangat wajar sekali, karena ada ratusan kompetitor yang melamar posisi tersebut di perusahaan yang sama. Masih banyak perusahaan lain yang mampu merekrutmu dengan posisi yang lebih baik. Selalu pelajari teknik interview dari hari ke hari, buat catatan atau rekap interview yang sudah kamu lakukan, belajarlah dari pengalaman tersebut. Cari tahu kesalahan-kesalahan kecil dalam menjawab yang telah kamu lakukan sebelumnya, kemudian dipelajari untuk proses interview berikutnya agar dapat berjalan dengan lebih baik dan maksimal. Kamu bisa belajar melalui internet, bertanya ke orang-orang yang sudah berpengalaman, ataupun orang yang sudah pernah berpengalaman menjadi HRD. Pelajari dengan konsisten dan kamu akan memperoleh hasil yang maksimal juga sesuai dengan usahamu.

Itulah tips-tips interview yang bisa membantumu sebelum memulai proses wawancara kerja. Semoga bermanfaat dan jangan pernah menyerah, ya!

Ngomong-ngomong, karena aku menerima banyak sekali tanggapan positif dari mereka yang sudah membaca blog-ku, aku sangat terbuka untuk review CV jika ada yang perlu bantuan untuk itu. Kalian bisa kirim pesan denganku melalui LinkedIn dan kirim CV-mu disana, aku akan bantu review. Kalau perlu diskusi seputar pertanyaan-pertanyaan interview, aku juga sangat terbuka untuk diskusi. I will help you as good as I can. It's free, please don't hesitate to me. Semangat dan semoga berhasil meraih pekerjaan impianmu ya! 😊

Sunday, June 14, 2020

[Curhat Olshop] Pengalaman dengan Customer yang Cukup Ribet

Sesekali rileks yuk, kali ini aku nggak bahas yang dalam-dalam dulu dan menulis lebih santai~
Sebenarnya ini konten lamaku, sudah pernah dipublish tahun 2018 sebelumnya disini, aku baru baca lagi dan agak lucu juga sih haha
Sekarang aku repost di blog ini. By the way, ini pengalaman pribadi dan diangkat dari kisah nyata wkwk kalau mau saja dibaca, kalau enggak skip aja. Buat yang bilang aku cuek dan tidak berperasaan, aku bisa sesabar ini kalau itu memang role dan job desc ku :p ehehe

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Halo, berhubung online shop yang aku punya ini udah jalan cukup lama, tepatnya sejak 2014 ya jadi udah teramat sangat banyak suka dukanya yang terjadi haha
Jadi kali ini aku punya salah satu pengalaman menarik yang mau aku share, yaitu kedapetan customer anak SD yang lumayan ribet dan bertele-tele sekali. Ngga cuma ga punya rekening, tapi jujur aja ya diperlukan kesabaran ekstra untuk menghadapinya :p
Berikut screenshot chat dari awal mula percakapan sampai ke akhirnya.

1. Pada awalnya dia chat ke whatsapp, dan aku masih belum ngeh kalau ternyata dia ini masih SD. Karna belum stalking instagramnya jadi belum tau asal-usulnya haha


2. Disini udah mulai tampak kalau ternyata dia suka nge-spam dan nggak sabaran



Sampe sini udah rada males ladeninnya karena udah ada kalimat sakti pembeli yaitu "nanti aku kabarin lagi ya kalo jadi" 
HAHA! Buat para seller pasti udah bosen nih sama kalimat ini yang ujung-ujungnya mereka menghilang entah kemana :p
Pernah juga aku follow up yang akhirnya malah diblock hiks
Tapi ya jangan baper baru gitu doang, masih banyak pembeli lainnya kok hehe

4. Spamers mulai beraksi. Liat aja ini udah minta jangan mahal-mahal, eh dispam pula. Ini dia voice call dan spam huruf P gitu sampe puluhan kali sis totalnya.. haduh #bantinghp 




Wew murah ya dek, mantap deh.
Kalo inget jaman gue SD, 17rb itu mahal bro :p ahahaaha
Ngga banyak duit kayak si adek ini~

5. Makasih ya udah spam sampe puluhan kali lalu sekarang dispam lagi dengan typo-mu :)


6. Iya kak gapapa, aku udah biasa kok ditanyain dan dispam gini :") haha


7. Kira-kira bakal jawab apa nih kalo dichat gini? 
Cara bayar dan cara terima barangnya gimana kak?


8. Yak, mari kita jelaskan~


9. Bayar orderan di marketplace via kantor pos itu pake alamat, no rek, atau kode pos?



Padahal sebenernya aku baru kirim hasil preview ketika customer udah transfer. Tapi buat kamu apa sih yang ngga dek :D
Mumpung dia request designnya juga ga susah jadi aku bikinin dulu aja.


10. Untuk pengisian alamatnya pun harus aku contohin juga ya? Oke ga masalah, buat kamu apa sih yang ngga dek :D




11. Dia spam ini sampe 35 chat, cuma manggil "kak"...









Sabar atuh kak, nangis nih T.T #nyalainshower

12. Dan ini dia taraaaaa! Sampe emaknya pun ikut turun tangan balesin chatnya :p haha
Alamat yang si adek kasih diatas itu ternyata salah, dibenerin ini sama emaknya. Haduh dek, untung belum dikirim ya barangnya, kacau deh kalo paketnya nyasar :(


Oh ternyata dek wina baru pertama kali belanja online toh. Cool!




Iya gapapa aku tungguin, semangat bantuin mama ya dek :)


13. Dan akhirnya selesai juga transaksi ini, diakhiri dengan transferan yang masuk. Makasih banyak loh dek, kamu sangat menghargai usahaku :") haha



14. Makasih banyak! Akhirnya dia mencoba untuk merekomendasikan ke teman-temannya :D


Oh iya ngga cuma sampe sini aja loh, dia juga mempromosikan daganganku ke instagramnya hihi
Baik juga kamu dek, makasih ya <3



Taraaa.. akhirnya case sudah diterima dengan baik.


Melalui kisah ini yang mau aku share adalah kalo ternyata ngga semua anak kecil yang nyasar ke olshop kita itu ngga serius beli atau cuma nanya-nanya doang. Bisa jadi mereka mau beli tapi ngga tau caranya, sama seperti kasus diatas. Tetep layanin dengan sabar, kalo berjodoh ya berujung closing kan. Bahkan direkomendasikan lagi ke teman-teman lainnya :)

Ini bukan yang pertama kalinya, sebelum-sebelumnya udah banyak banget customer yang datang dan menghilang begitu saja tanpa kabar, apalagi yang bocah. Cuma ya jangan baper dan jangan langsung beranggapan "semua customer bocah itu sama aja" :p

Yang kedua adalah menurutku dia ini termasuk salah satu anak generasi jaman now yang cukup gigih. Bisa diliat dia berusaha banget ngejer informasi untuk belajar cara belanja online. Dia nanya A sampe Z, bahkan dia itu sampe bolak-balik dari rumah-kantor pos-alfamart-rumah-alfamart lagi cuma untuk ngurusin pembayaran aja. Jadi jangan mau kalah ya sama anak kecil yang bersemangat banget untuk belajar :D

Lalu yang terakhir, coba jangan beda-bedain customer, layanin mereka sama layaknya seperti customer lain yang serius mau mengorder barang. Dan yang paling penting adalah tetap sabar dan berikan pelayanan sebaik mungkin sehingga dia nyaman dan melakukan repeat order dalam jumlah yang lebih banyak.
Good luck !

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Satu hal yang membuatku sukacita setelah membaca tulisan ini kembali, semangat anak ini untuk belajar transaksi online cukup gigih. Kadang hal-hal yang sederhana seperti ini cukup membuatku salut. Orang yang cerdas ketika dia berhasil mencapai sesuatu tidaklah heran. Tetapi orang yang tadinya tidak tahu, kemudian menjadi tahu karena belajar dan berusaha keras, itu keren dan luar biasa. Nggak ada orang yang terlihat bodoh bagiku kalau dia gigih seperti ini :)

Monday, June 1, 2020

7 Etika Dasar Profesional di Dalam Dunia Kerja

Hi, kalau sebelumnya aku pernah post tentang pengalaman dan persiapan interview kerja, kali ini aku mau sharing tentang etika dasar setelah memulai karier di perusahaan. Pasti udah pada tau dong ya kalau kita bekerja tuh nggak hanya butuh IQ tinggi, tetapi juga perlu EQ dan etika bekerja yang baik.
Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diketahui dalam dunia kerja, khususnya ketika berada di fase awal atau baru merintis karier:

1. Cara Berargumen yang Valid
Sekilas terdengar simple karena dalam kehidupan sehari-haripun, mungkin kita sudah terbiasa adu argumen dengan orang lain. Namun apakah argumen yang kamu lontarkan itu sudah valid?
Well, pantangan terbesar ketika berargumen adalah OPINI. Jangan pernah adu argumen dengan bos atau rekan kerjamu menggunakan opini atau pendapatmu, karena ini sama sekali nggak valid, yang ada tuh kamu bisa dichallenge balik sama mereka.

Contohnya begini:
Bos: "Kenapa fitur X itu ada di sebelah kiri? Saya nggak suka lihatnya."
Kita: "Karena menurut saya, fitur X itu lebih bagus ada di sebelah kiri, lebih simple dan menarik untuk dilihat."
Bos: "Lah kalau menurut saya, fitur X lebih bagus dan menarik jika ada di sebelah kanan."

Udah. Kalian sama-sama seri kan, draw. Nggak ada yang menang dan kalah. Karena jika opini dibalas dengan opini = seimbang. Bobotnya sama.
Jadi, biasakan membalas argumen seseorang itu dengan FAKTA ya. Kalau kita punya data yang menunjukkan keakuratan kenapa fitur tersebut sebaiknya ditempatkan di sebelah kiri, kita baru menang. Bobot kita lebih tinggi.

Biasanya aku akan mempertimbangkan hal-hal ini ketika hendak berargumen:
a. Fakta di lapangan
Bisa mengumpulkan data, survei, polling, grafik, diagram, dan lain sebagainya atas sesuatu yang TELAH terjadi. Kalau kita pegang bukti atas segala sesuatu fakta di lapangan, posisi kita udah ada di atas awan.
b. Bukti kesepakatan antar team
Kalaupun belum terjadi, setidaknya kita harus punya bukti kesepakatan antar tim, yang berisi alasan kenapa fitur X diletakkan di kiri. Hal ini harus sudah disepakati oleh SELURUH tim dan sudah disetujui oleh Project Owner atau Project Manager.
c. Bukti nyata dan alasan yang valid
Dari semua opsi, ini salah satu alasan yang paling kuat. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya argumen panjang. Kabar baiknya, kalian jadi punya peluang untuk mendapat referensi dan inovasi yang lebih baik.

Contohnya begini:
Bos: "Kenapa fitur X ada di sebelah kiri?"
Kita: "Agar lebih praktis dan mudah digunakan oleh user. Bisa dilihat disini (presentasikan data), di menu sebelah kiri itu ada fitur pendukung lain yang blablabla, sehingga dapat mendukung aktivitas operasional sistem menjadi lebih baik. Selain itu, karena di sebelah kanan terdapat tombol Y, maka akan jadi tidak sinkron nantinya bila diletakkan paralel dengan fitur X disana. Hal ini dapat memperlambat sistem dan berjalan tidak optimal. Berikut ini proses pertukaran data yang terjadi pada sistem (presentasi data lagi)."

Overall, cara pembuktiannya begitu. Syaratnya adalah harus mengandung BUKTI kenapa lebih baik X dan kenapa sebaiknya tidak Y.
Jangan pernah sesekali mengatakan "menurut Bapak A..., kata si B begini, kata si C blablabla" Jangan, karena itu sangat fatal. Dengan demikian argumenmu menjadi tidak valid dan nggak ada bedanya sama angin lewat, nggak ada artinya.

Kesepakatan antar tim akan lebih kuat kalau diikuti oleh FAKTA yang logis untuk mematahkan argumen lawan bicara, itu sudah bisa menjadi pendukung yang baik dibandingkan opini semata.

Kapan sebaiknya kita mengemukakan pendapat?
Yaitu ketika berada dalam sesi pengajuan pendapat/memberi masukkan atau ketika diberikan kesempatan untuk berpendapat. Silakan diambil sebagai pelajaran masing-masing ya.

2. Kemampuan Bernegosiasi
Kemampuan bernegosiasi sangat penting di dalam dunia kerja, terlebih untuk menentukan timeline proyek dan persetujuan akan rencana bisnis ke depan. Lalu bagaimana cara bernegosiasi yang baik?

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat business plan, identifikasi tugas apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai target, lalu klasifikasikan tugas tersebut ke dalam beberapa bagian. Kemudian analisis setiap bagian tersebut sesuai dengan tingkat kompleksitasnya, tentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semua bagian tersebut. Jika diperlukan, jangan segan untuk meminta bantuan leader atau supervisor untuk menganalisis ruang lingkup dan menentukan timeline proyek. Setelah memperoleh hasil, diskusikan timeline tersebut kepada seluruh tim proyek. Jika ternyata tim ingin proyek tersebut selesai dalam waktu yang lebih singkat, tunjukkanlah ruang lingkup proyek dan timeline yang telah dibuat beserta dengan kompleksitasnya. Dikarenakan tingkat kompleksitas yang tinggi, maka membutuhkan waktu selama X hari, agar proyek dapat diimplementasikan dengan maksimal. Namun apabila tetap ingin selesai dalam waktu singkat, buat kesepakatan dengan tim untuk memprioritaskan bagian yang penting untuk diimplementasikan terlebih dahulu. Sampaikan bahwa fokus utama kita itu mengutamakan kualitas proyek semaksimal mungkin, supaya tidak ada masalah setelah diimplementasikan.

3. Menjalin Engagement yang Baik Dengan Tim dan Atasan
Bagi fresh graduates, mungkin hari pertama bekerja terkesan menakutkan. Ada yang takut sulit beradaptasi, ada yang deg-degan kalau nantinya ada senioritas di kantor, takut jika nanti dapat atasan yang galak, bahkan takut jika diberi label buruk lalu dijauhi teman kantor jika melakukan kesalahan. Hal ini sering menjadi dilemma bagi karyawan baru, sehingga tidak jarang membuat masa-masa awal bekerja dipenuhi dengan kecemasan dan kurang produktif. Padahal nyatanya, kita tidak harus selalu menyenangkan semua orang, lho. Saya selalu menanamkan statement bahwa "Kita digaji perusahaan itu untuk bekerja dan menunjukkan performa kita sebaik mungkin, bukan untuk berteman apalagi menyenangkan semua orang. Berteman dengan orang kantor adalah bonus."

Tetapi bukan berarti kita tidak boleh berteman dengan orang kantor sama sekali, apalagi jadi bersikap acuh tak acuh dan cuek dengan sekitar ya. Tetaplah bersikap ramah dan profesional, namun bukan karena ingin cari perhatian, melainkan membentuk engagement, etika, dan profesionalitas dalam tim.

Apa sih bedanya team engagement dengan pertemanan?
Kalau berteman, kita cenderung memiliki hobi yang serupa, mengobrol dan bercanda ria, bersenang-senang, berbagi kebahagiaan, melakukan traveling bersama, dan banyak kegiatan lainnya. Biasanya teman itu kita jumpai di dalam pergaulan dan komunitas. Namun jika team engagement di lingkungan kerja, kita diharuskan berkontribusi dalam tim, mengatur jadwal proyek bersama, merealisasikan goal dan target yang harus dicapai bersama tim, mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan, menciptakan suasana kerja yang kooperatif dan kompetitif, dan lain sebagainya. Jika kamu memiliki kemampuan, tanggung jawab, dan performa kerja yang baik, maka kamu sangat diandalkan oleh tim. Apalagi jika terus menerus berinovasi dan meningkatkan kualitas diri dari waktu ke waktu. Percayalah, jika kamu aktif berkontribusi, memberikan banyak ide yang relevan, dan memiliki kualitas kerja yang baik, merekapun akan sangat senang untuk support kamu.
Belajarlah dari yang lebih ahli, jalin relasi yang baik dengan atasan bahkan sampai ke level tertinggi. Mereka bukan monster menakutkan, tetapi peluang untukmu agar terus berkembang dan mengadopsi pengetahuan dari mereka. Jika ingin menjadi lebih baik, maka belajarlah dari yang terbaik.

4. Menjadi Pemimpin Bagi Karyawan Baru
Saat ini, saya di assign untuk support salah satu anak baru di unit kerja saya. Saya akan melakukannya semaksimal mungkin sampai dia berhasil dan bisa beradaptasi dengan ruang lingkup pekerjaan nantinya. Saya sangat mengusahakan ini karena keberhasilannya adalah keberhasilan saya sebagai seseorang yang diassign untuk memimpin. Let's do it and grow together.

Jangan bersikap bossy, tapi ciptakan suasana kerja sama yang baik. Kita itu tim, bukan senior-junior. Jangan menyuruh-nyuruh dia untuk mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya menjadi bagian kita, tapi sama-sama belajar dan bertumbuh bersama. Ajak dia diskusi dan bertukar pikiran, dengarkan dan pertimbangkan ide yang disampaikan, jangan pernah merasa paling hebat dan benar. Jika dia mengalami kesulitan dan perlu bantuan kita, maka bantulah. Membantu disini bukan berarti kita dikte satu-satu, tetapi bagi tugas, buat kesepakatan dan bagaimana cara mencapai goal sesuai target. Berikan contoh dan instruksi, lalu biarkan dia mengerjakan sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru kita review dan beri koreksi jika memang ada yang perlu diperbaiki.

Selain itu, jangan mengkambinghitamkan atau menyuruh dia untuk maju ke bos jika terdapat kesalahan agar kita sebagai karyawan lama ada di posisi aman. Justru kita sebagai seseorang yang sudah lebih berpengalaman harus ambil tindakan yang tepat terlebih dahulu. Jika memang bersalah, akuilah. Tetapi jika tidak bersalah, jangan pernah takut untuk berargumen. Ini bukan bermaksud melindungi karyawan baru, tetapi jika memang dia melakukan kesalahan, katakanlah sejujurnya apa yang terjadi kepada bos.

Jangan pelit ilmu. Karyawan baru itu adalah salah satu sumber dan aset perusahaan yang sangat berharga. Mereka bisa menciptakan inovasi dan membawa perubahan yang baik ke depannya. Lihat potensinya, mereka bisa menjadi partner kerja kita yang baik untuk ke depannya. Beri apresiasi setiap ada kemajuan. Jangan gengsi dan malu untuk menceritakan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu saat baru pertama kali bekerja, beri tahu solusinya dan apa yang seharusnya dilakukan, supaya dia bisa berproses dan belajar, agar tidak melakukan hal serupa nantinya.

In the end, ciptakan suasana kerja yang kooperatif dan kompetitif, bukan malah membuat karyawan baru itu takut sama kita.

5. Manajemen Proyek yang Baik dan Sesuai Target
Memangkas sekian persen waktu produksi dan development adalah sebuah pencapaian dalam sebuah perusahaan, karena dapat mempersingkat waktu pengerjaan, sehingga proyek dapat launching lebih awal. Namun, apakah itu sudah menjamin bahwa proyek tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa cacat produksi sedikitpun?

Kita perlu membiasakan diri untuk konsisten membuat timeline dan to do list, apa yang hendak dilakukan dan dicapai setiap harinya. Apa saja yang seharusnya dicapai pada esok hari, lalu pikirkan apa yang akan diperoleh jika tercapai atau memiliki progress naik, dan apa konsekuensinya jika tidak tercapai. Bagi waktu dalam 1 hari, tentukan akan menyelesaikan tugas berapa persen dari proyek. Perkirakan apa yang dibutuhkan untuk meraih target harian sehingga proyek yang sedang kita kembangkan tetap memiliki kualitas yang baik nantinya. Jangan melewatkan satu proses pun untuk menjamin kualitas proyek. Selalu sisihkan waktu beberapa hari (sesuai keperluan) untuk memastikan proyek berjalan lancar dan sesuai dengan sebagaimana mestinya.

Bagaimana cara menyisihkan waktu itu?
Efektiflah dalam menggunakan waktu dari hari ke hari. Tetapkan prioritas terhadap pekerjaan yang lebih penting, gunakan waktu seproduktif mungkin. Jika memiliki waktu luang, manfaatkanlah sebaik-baiknya. Lembur tidak selalu menjadi solusi yang baik untuk mengejar target, karena jika seseorang memiliki target harian dan tepat sasaran, tidak mungkin akan terlambat menyelesaikannya, segala sesuatunya sudah diperhitungkan dengan seksama. Kecuali jika ada masalah atau hambatan ketika dalam proses pengerjaan ya.

6. Solusi Jika Melakukan Kesalahan yang Fatal
Ada pepatah "Lakukanlah banyak kesalahan dan belajarlah darinya, tanpa mengulang kesalahan tersebut dua kali."

Di dunia perkuliahan, kita dituntut untuk menjadi seseorang yang bisa mempelajari dan memahami materi yang diberikan dosen dengan baik. Kita hanya diberikan materi, lalu belajar sesuai dengan materi yang telah diberikan tersebut, kemudian diuji dan dituntut untuk dapat nilai bagus.
Tetapi di dunia kerja, kita dituntut untuk menganalisis dan menciptakan inovasi atas proyek yang diberikan. Tidak hanya diharuskan untuk mempelajari materi, tetapi juga mengembangkan sesuatu dari materi yang sudah ada. Maka dari itu, jangan pernah takut gagal, karena kegagalan bukan untuk dihindari, melainkan untuk dipelajari dan diatasi sampai mencapai keberhasilan. Kalau kita melakukan kesalahan di saat pertama kalinya bekerja, itu sangat wajar. Justru carilah kesalahan sebanyak-banyaknya, lalu pelajari satu per satu dan jangan mengulanginya dua kali.

Umumnya, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan di kantor, baik kesalahan ringan ataupun fatal. Jangan sesekali menghindari atau menutupi kesalahan tersebut, karena dengan demikian, kesalahanmu akan bertambah menjadi semakin fatal. Akuilah kesalahan itu, buat daftar apa yang menjadi akar permasalahan, kemudian minta masukan atau saran dari atasan apa yang seharusnya dilakukan, cari tahu dan belajar dari banyak kasus serupa, analisis dan buat daftar opsi solusi terbaik, lalu terapkan solusi yang paling relevan. Setelah itu, minta penilaian dari atasan atas apa yang sudah dilakukan dan dicapai. Setelah mendapat masukan, ulangi kembali cara yang sama secara konsisten dan jangan pernah berhenti untuk belajar. Jangan lupa untuk mengapresiasi diri setiap ada kemajuan ya. Karena seseorang yang benar-benar gagal adalah mereka yang memutuskan untuk menyerah dan berhenti belajar.

7. Waktu dan Kondisi yang Tepat Untuk Resign
Keputusan untuk resign harus dipikirkan matang-matang. Jika kamu ingin resign karena merasa bosan, jenuh, nggak betah, nggak cocok dengan atasan, banyak melakukan kesalahan, dibully teman sekantor, dan sebagainya, sebaiknya pikirkan dua kali sebelum memantapkan diri untuk resign. Karena pada kenyataannya, semua hal yang disebutkan di atas adalah hal yang amat sangat wajar dan mungkin hampir semua karyawan mengalami hal serupa di kantor. Jika hanya untuk menghindari masalah, alasan resign mungkin bukan yang terbaik. Bahkan tidak ada jaminan bahwa kamu akan mendapatkan kondisi yang lebih baik di kantor yang baru, bisa saja mengalami hal serupa atau bahkan lebih berat. Jangan jadikan diri menjadi loser, biasakan berjuang dulu sampai akhir. Urusan berhasil atau enggaknya itu tergantung dari seberapa besar usaha kita untuk belajar. Tetep semangat dan terus berusaha. Jangan menyerah.

Buatlah rencana dan goal dari pekerjaan yang harus dicapai, tantang diri sendiri untuk meraih goal tersebut. Melakukan kesalahan dan belajar darinya jauh lebih baik daripada kerja duduk-duduk lalu santai melakukan rutinitas pekerjaan yang monoton. Jangan salah, pekerjaan tanpa tantangan itu akan membuat kita stuck di dalam lingkaran zona nyaman dan semakin tertinggal.

Namun, keputusan resign tidak selamanya buruk. Resign menjadi sebuah keputusan yang tepat jika kita sudah mencapai target dan segudang prestasi di perusahaan lama, lalu perlu tantangan baru di perusahaan yang lebih besar dengan tanggung jawab yang lebih besar juga, atau sudah mempelajari proses bisnis dan memiliki prestasi di bidang tersebut lalu kemudian memutuskan untuk menjadi pengusaha yang inovatif. Bisa juga ketika mendapat tawaran dan peluang yang lebih baik dari perusahaan lain, dan sebagainya. Selain itu, resign juga jadi keputusan yang tepat jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target dan sudah meraih banyak prestasi, namun tidak dihargai dan tidak diapresiasi oleh atasan. Jangan pernah mengorbankan dirimu untuk terus bertahan dan bekerja keras tanpa mendapat apresiasi yang seimbang dari perusahaan. Tunjukkan kualitas dan performa kerja yang baik, maka sudah sewajarnya kalian mendapatkan benefit dan harga yang sepadan.

Menurut saya, tujuh hal di atas itu sangat penting untuk diketahui, selebihnya tentang etika berpakaian, sopan santun, ketepatan kehadiran, dan sebagainya itu sudah mudah dijumpai di artikel manapun. Saya hanya menuliskan poin-poin yang perlu untuk dipelajari sebagai karyawan baru, semuanya saya ambil berdasarkan pengalaman pribadi setelah bekerja selama 10 bulan ini. Setidaknya supaya tidak ada lagi yang menyesal karena memulai karier tanpa persiapan 7 poin diatas, padahal sebenarnya ini etika dasar.

Tapi nggak apa-apa, toh nggak ada kata terlambat untuk belajar, kan. Yang penting selama berkarier di sebuah perusahaan itu minimal kita harus bisa membawa inovasi yang baik bagi perusahaan, punya prestasi, improvisasi skill, dapat pengalaman dan pelajaran berharga. Semoga bermanfaat.

Sunday, May 31, 2020

Apakah Mendapatkan Pekerjaan itu Sulit?

Barusan, aku baca tentang kisah orang-orang yang sudah lama menganggur. Ada yang sampai bertahun-tahun dan itu terlihat sangat desperate sekali. Salah satu kalimat yang menggelitik saat mereka mengatakan bahwa sulit mendapat pekerjaan adalah:
"Saya selalu gagal dalam tahap interview. Saya juga nggak tau salah saya dimana."
Ya jelas saja kau gagal interview, nak. Salahnya dimana aja nggak tau. Here I tell you.
Setiap kali aku diinterview itu selalu mencatat rekaman interview di hari itu. Kemudian, aku teliti setiap kesalahan-kesalahan kecil yg telah kuucapkan. Aku tanyakan ke orang-orang yang sudah berpengalaman jadi HRD, aku tanya ke orang-orang yang sudah punya banyak prestasi dalam pekerjaannya. Lalu aku pelajari itu dan nggak kuulangi lagi di kemudian hari. Fyi, aku tanyanya via online loh, aku tanya mereka. Dan satu hal, aku nggak kenal mereka. Jadi jangan beralasan kalau nggak punya networking, karena di internet itu banyak sekali tips-tips dan orang-orang yang mau sharing dan membantu satu sama lain. Yang jadi pertanyaannya adalah kamu mau belajar atau tidak.

Ya nggak heran kalau orang yang nggak suka evaluasi diri sendiri itu nganggur lama. Aku sendiri nggak aktif organisasi kampus dan belum ada pengalaman kerja. Namun, hasil yang kuperoleh adalah belum lulus kuliah, tapi sudah keterima kerja duluan. Aku berkontribusi aktif di kegiatan-kegiatan non akademik kampus dan terus meningkatkan skill. Seandainya kau baru lulus dan memang nggak memiliki pengalaman kerja, skill yang kau bawa semasa kuliahmu itu akan membantu. Kalau kuliah nggak punya skill apa-apa, nggak punya pengalaman magang, kamu jelas kalah saing sama anak SMA yang sudah punya skill dan pengalaman kerja.

Anyway aku berpikir.. kenapa sih nganggur lama gitu tapi nggak berusaha untuk self upgrade? Kan bisa toh ikut pelatihan, seminar, workshop, atau kursus-kursus lainnya. Walaupun kamu nganggur 6 bulan, tapi kalau kamu bilang ke HRD kamu sibuk meningkatkan skill selama 6 bulan tersebut dengan pelatihan ABCD, aku jamin tingkat approve nya akan lebih tinggi. Hey, jobseeker itu seabrek. Kamu harus bisa menciptakan keunggulanmu sendiri dibanding kandidat lainnya. Apakah kau kira ijazah S1 saja sudah cukup? Kau tau berapa jumlah fresh graduates pada setiap tahunnya di seluruh Indonesia? Nah itu kompetitor kamu. Yang jumlahnya akan terus bertambah di setiap tahunnya. Bagaimana cara kamu mengungguli mereka dan apa yang membuat kamu unik dan berbeda daripada yang lain.

Setidaknya kamu punya jawaban atas pertanyaan ini "Kenapa saya harus hire kamu?"

Ngomong-ngomong, karena aku menerima banyak sekali tanggapan positif dari mereka yang sudah membaca blog-ku, aku sangat terbuka untuk review CV jika ada yang perlu bantuan untuk itu. Kalian bisa kirim pesan denganku melalui LinkedIn dan kirim CV-mu disana, aku akan bantu review. Kalau perlu diskusi seputar pertanyaan-pertanyaan interview, aku juga sangat terbuka untuk diskusi. I will help you as good as I can. It's free, please don't hesitate to me. Semangat dan semoga berhasil meraih pekerjaan impianmu ya! 😊

Kegagalan Dalam Seleksi Beasiswa

Apakah kamu merupakan mahasiswa berprestasi? Ataukah kamu adalah scholarship hunter?

Di era globalisasi ini, sudah banyak beasiswa yang disediakan oleh lembaga-lembaga tertentu. Namun, sebagian besar memiliki kualifikasi tersendiri dan prosesnya pun tidak mudah.

Bagi mereka yang lolos seleksi beasiswa, pasti akan merasa sangat senang dan menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Lalu bagaimana dengan mereka yang gagal berkali-kali dalam proses seleksi beasiswa?

Jangan pernah down kalau kamu nggak keterima seleksi beasiswa. Yups sama kok, aku juga ngalamin itu.
Bahkan dari sekian kali aku apply beasiswa, nggak ada satupun yang keterima. Sampai mati-matian nyari uang untuk melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri, bergadang siang malam. Disaat yang lain hepi-hepi nongkrong sama teman kampus, tapi aku memilih untuk berpartisipasi dalam beberapa seminar dan workshop tentang bisnis. Tongkronganku ada di komunitas bisnis saat itu. Walau sempat gagal berkali-kali, tapi yang namanya semangat buat capai goal lulus tepat waktu, aku nggak akan pernah nyerah. Di semester 5 aku kuliah, bisnis online ku meningkat pesat. Bahkan berkali-kali lipat dari sebelumnya. Terbukti sampai akhirnya aku bisa lanjut skripsi dan lulus tepat waktu dengan biaya sendiri. By the way, pada setuju nggak kalau aku sharing tips and trick tentang bisnisku sewaktu kuliah dulu? Komen di bawah ya hehe

Salah satu hal yang aku dapatkan dari susahnya hidup, jangan pernah berhenti untuk belajar. Investasikan uang untuk belajar lagi dan lagi. Returnnya akan lebih tinggi daripada jadi orang konsumtif. Karena aku bisa survive dari keterpurukan itu berawal dari belajar.

Oke, balik lagi ke beasiswa.
Kadang, aku juga nggak ngerti definisi "smart" menurut mereka itu yang kayak gimana.
Apakah hanya terbuka untuk yg ber-IPK 4.00?
IPK ku sendiri semasa kuliah nggak jelek-jelek amat, 3.71 sampai lulus. Semasa sekolah pun, selalu dapat ranking 1 dan 2. Tapi nggak pernah lolos beasiswa satupun. Bahkan aku pernah ikut tes beasiswa IT dan aku berhasil menjawab seluruh tes dengan baik tanpa kesulitan. Sudah seyakin itu, lho haha
Tapi tau hasilnya apa?
Tetap nggak keterima. Bingung nggak sih.. sebenarnya yang menjadi penentu indikator kelulusan tuh apa. Seakan hidup sendiri dan benar-benar harus berjuang sendiri.

Satu hal yang akhirnya membuatku sadar, bahwa nggak lolos beasiswa itu nggak selalu karena orang itu bodoh. Dulu, aku pernah daftar beasiswa ke BCA. Dan hasilnya apa?
Nggak ada kabar sama sekali. Well, it means aku nggak lolos. Lalu awal tahun kemarin, aku apply kerjaan ke BCA, di bagian IT.
Singkat cerita setelah interview dan seleksi yg ketat dari sekian ratus kompetitor, aku diterima kerja dan tanda tangan perjanjian kerja.

Uhm, well.. Aku juga nggak ngerti sih apa yang menjadi kriteria mereka.
So, jangan down kalau nggak lolos beasiswa. Karena justru di keadaan itulah kalian bisa survive dan menemukan ide-ide kreatif baru, lalu menggali potensi diri lebih dalam lagi. Nggak keterima beasiswa bukan berarti kalian bodoh dan sulit mendapatkan pekerjaan. It's not the end of your life story.
Nggak lolos itu adalah hal yg AMAT SANGAT WAJAR. Yang nggak wajar adalah ketika kita berhenti berusaha dan menyerah.