Hai, kali ini gw mau
sharing di tengah malam haha semoga bermanfaat ya :)
Jadi saat ini, gw sedang masuk ke fase rajin untuk filtering friend di sosial media. Gw akan unfollow friend yang suka mengshare konten-konten yang nggak berbobot apalagi hoax. Gw nggak memandang orang, baik yang kenal ataupun enggak kenal, akan gw filter.
Gw ada unfollow beberapa teman di Instagram yang gw kenal karena mereka selalu posting foto selfie yang "serupa" berkali-kali dalam sehari. Begitupun di Facebook, friend list gw ada ribuan yang jujur ini tuh pe er banget filteringnya, tapi nggak apa-apa demi konten berkualitas --"
Kemarin gw baru aja unfollow 1 orang entrepreneur yang dulunya itu menjadi panutan gw dan gw SANGAT respect. Perlu diingat, unfollow tidak sama dengan benci ya.
Gw unfollow karena makin lama tuh konten yang dia share lebih ke sekedar "menyenangkan" publik dan menarik followers. Memposting hal-hal yang disukai dan ingin didengar netizen. Salah satunya, "Semoga orang yang memberi komentar di postingan ini akan sukses bisnisnya." Gw sama sekali nggak menyukai konten-konten sejenis ini.
Dulu gw menjadikan dia sebagai pedoman karena dia keras dan memposting sesuatu yang JUJUR sesuai dengan FAKTA.
Kemudian gw unfollow karena merasa tidak mendapatkan benefit lagi dari konten-konten yang ada di akun publiknya. Gw akan memfollow sesuatu yang memiliki manfaat untuk gw dan unfollow yang sebaliknya.
Kali ini gw mau menulis beberapa topik dalam satu artikel, seharusnya nggak panjang. Hehe
Budget Untuk Ngajak Cewek Jalan
Well, sebelum gw memutuskan untuk unfollow orang yang memposting konten tak berfaedah di Facebook, gw sebelumnya membaca apa yang dia share tuh begini "Kira-kira kalau cuma punya uang 20ribu, cukup untuk ngajak cewek jalan nggak ya?"
Komentarnya banyak, dan sebagian besar yang gw liat itu cewek-cewek menjawab "cukup banget" bahkan ada yang jawab "lebih dari cukup." Mereka bilang kalau uang segitu bisa untuk jajan beli minum, beli cilor atau seblak, jasjus, dan jajanan lainnya. Bahkan ada yang bilang nggak usah jajan, cukup jalan berdua aja. Dan ada juga yang menawari pakai uang si cewek aja.
Bisa ditebak, kalau gw yang ditanya demikian dan disuruh jawab, pasti akan panjang jawabannya wkekekekeke :p
Menurut gw, yang utama itu bukan masalah uangnya, tapi lebih ke tujuan. Jalan kemana? Kalau tujuan kita untuk bersenang-senang, misal mau pergi ke tempat wisata yang tiket masuknya 100ribu, ya jelas nggak cukup.
Kalau untuk sekedar makan, ya terserah dia mau bawa uang berapa. Toh idealnya split bill walaupun pasangan. Tapi kalau salah satu mau traktir, nggak masalah. Nggak selalu harus cowok yang wajib membayar.
Tapi gw nggak munafik dengan mengatakan itu cukup bahkan lebih dari cukup kalau untuk berdua berjam-jam, karena pengeluaran gw dalam sehari untuk makan, minum, dan ongkos aja lebih dari itu. Enggak tau kalau pengeluaran dia sehari berapa. Dia mau bawa uang berapapun itu sepenuhnya hak dan kebebasan dia. Tapi kalau akhirnya harus selalu gw yang berkewajiban membayar, gw keberatan. Beda dengan split bill, gw akan lebih fine dengan itu.
Lalu ada yang mengatakan kalau nggak usah jajan nggak apa-apa, yang penting jalan bareng-bareng, jalan kaki aja biar nggak keluar bensin.. ehmm.. kalau memang tujuannya hanya untuk ngobrol, gw sendiri prefer ngobrol by phone aja. Kalau perlu tatap muka, mending ketemu di rumah. Daripada nongkrong di tengah jalan.
Kalau perlu ngobrol di luar tanpa didengar keluarga di rumah dan hanya sekedar obrolan singkat, oke kalau harus ke luar sebentar. Kalau obrolan panjang, gw akan lebih nyaman jika kita discuss di tempat yang nyaman. Seperti kafe atau tempat makan yang nyaman, yang berarti ini perlu bayar harga untuk kenyamanan itu.
Yang terakhir, masalah kapan jalannya dan apa yang ingin dibahas. Kalau sangat mendesak atau urgent, gw akan meluangkan waktu untuk itu di sela-sela kesibukan gw. Tetapi kalau nggak ada yang mendesak, gw akan menunda pertemuan di weekend. Nggak peduli mau 20ribu atau 200ribu uang yang dia bawa, karena prioritas gw di weekday itu bekerja dan belajar untuk self improvement. Jika dia memaksa, dia perlu membayar dengan harga yang sangat mahal untuk waktu yang sudah gw luangkan, sebagai gantinya. Kecuali kalau gw sudah menyelesaikan semuanya dan memiliki waktu luang.
Kebahagiaan
Kemudian ada lagi yang mengatakan begini:
"Cowok bekerja keras karena ada 3 wanita yang harus dibahagiakan, yaitu ibunya, ibu dari pasangannya, dan ibu dari anak-anaknya."
Menurut pandangan gw, yang perlu bekerja keras bukan hanya cowok, tetapi cewek juga. Lalu setiap orang itu berkewajiban untuk membahagiakan dirinya sendiri, bukan berusaha untuk membahagiakan atau menyenangkan orang lain. Kita berbagi kebahagiaan kepada pasangan karena kita sudah bahagia terlebih dahulu.
Noted: berbagi kebahagiaan, bukan berusaha membahagiakan.
Menjaga Pertemanan
Ada lagi statement begini "Semakin dewasa akhirnya kita menyadari bahwa teman akan hilang satu per satu dan hanya tersisa 2-3 orang saja yang menemani kita, oleh karena itu kita harus menjaga mereka baik-baik."
Well, menurut gw, kita itu penting untuk tetap memperluas pergaulan secara terus menerus. Teman itu memang akan pergi satu per satu nantinya, tetapi juga akan datang teman baru satu per satu. Lalu bukan kita yang menjaga mereka, tetapi masing-masing dari kita dan mereka saling menjaga pertemanan karena memang sama-sama ingin tetap menjalin relasi yang baik. Nggak mungkin gw mempertahankan sisa-sisa teman gw jika pada akhirnya dia memiliki pengaruh buruk. Yang ada tuh teman akan berdatangan dengan sendirinya kalau kita memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk mereka dan kitapun mendapatkan manfaat jika berteman dengan mereka. Demikianlah, simbiosis mutualisme. Bukan hanya salah satu pihak yang mempertahankan.
Komentar Orang
Gw juga melihat ini "Teruslah berusaha sampai orang-orang yang nggak tau perjuanganmu akhirnya memberimu komentar blablabla (pujian)."
Uhmm.. seharusnya kita nggak akan berusaha untuk orang lain, apalagi hanya untuk mendengar komentar mereka. Kalau motivasi hanya sebatas itu, setelah kamu kesampaian dapat komentar pujian tersebut, lalu apa? Jadi berhenti berusaha gitu? Karena kan toh sudah tercapai tuh, untuk mendengar komentar itu dari orang lain.
**Perhatikan kata yang gw bold. Keduanya memiliki korelasi.
Kehendak Tuhan
"Jangan takut usahamu nggak laku, positif saja, kalau ada yang hilang, jangan marah karena berarti belum rezeki. Bukan foto2, caption, atau harga yang murah yang menarik pembeli, tetapi Tuhan yang menggerakkan pembeli itu."
Ehmmm.. memang benar semua ada di tangan Tuhan, tetapi setiap usaha kita (seperti foto, caption, ataupun harga jual itu SANGAT berpengaruh dan ikut berperan dalam penjualan). Pembeli nggak akan kucuk-kucuk datang dengan sendirinya kalau kita foto produk yang gelap/guram, caption nggak menarik, terus harga jual nggak wajar. Punya foto dan caption bagus aja nggak kucuk-kucuk mendatangkan pembeli kalau nggak punya strategi penjualan yang baik.
Sebenarnya gw kurang sreg sama konten-konten tertentu yang menyinggung religi, karena nggak sedikit orang yang menjadikan itu sebagai tameng atas kegagalan mereka, lalu memaklumi semuanya seakan-akan memang belum saatnya dapat berkah, tanpa mencari tahu sebenarnya tuh salahnya dan letak kekurangannya ada dimana.
Noted: gw menulis "nggak sedikit orang" bukan berarti semua orang ya. Gw nggak mau membahas lebih mendetail mengenai konten religius di sosial media dan sebagainya.
Jadi.. cukup sekian dan terima kasih 😁
.
.
.
Walaupun begini, gw aslinya nggak gigit kok.
Gw sendiri sangat open untuk discuss walaupun kita memiliki sudut pandang yang berbeda, gw menghargai perbedaan. Siapa tau bisa gw angkat lagi topiknya untuk dituliskan di blog ini haha